GLOBALKEPRI.COM, BATAM – Masalah sampah di Kota Batam hingga kini masih menjadi perhatian serius. Di berbagai titik, tumpukan plastik, sisa makanan, dan limbah rumah tangga masih terlihat di Tempat Pembuangan Sementara (TPS), bahkan meluber hingga ke jalan utama, drainase, dan pesisir pantai.
Melihat kondisi ini, Ketua Umum Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri Kota Batam, YM Dato’ Wira Setia Utama Raja Haji Muhammad Amin, menilai bahwa persoalan sampah tidak bisa dilihat hanya dari sisi teknis, melainkan sudah menjadi cerminan menurunnya kesadaran budaya dan nilai-nilai moral masyarakat.
“Masalah sampah bukan semata urusan kebersihan, tapi juga soal karakter dan marwah. Kita ingin menanamkan kembali nilai-nilai resam Melayu-Islam yang meneladani Rasulullah SAW, yang sangat mencintai kebersihan. Bahkan di akhir hayatnya pun beliau tetap bersiwak sebelum menghadap Allah,” ujar Dato’ Amin, Selasa (11/11).
Menurutnya, rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya menunjukkan mulai hilangnya rasa malu dan tanggung jawab sosial di kalangan masyarakat.
“Orang Melayu itu punya rasa malu dan tahu budi. Kalau buang sampah sembarangan, itu bukan sekadar kotor, tapi juga memalukan. Kita ini orang yang beradat dan beriman, jadi harus menjaga lingkungan sebagai bagian dari marwah kita,” tegasnya.
Adat dan Agama sebagai Pondasi Moral
LAM Kepri Kota Batam, jelas Dato’ Amin, memang tidak memiliki kewenangan teknis terkait kebersihan kota. Namun LAM memiliki peran moral dan budaya untuk menanamkan kembali nilai-nilai tanggung jawab bersama serta gotong royong menjaga lingkungan.
“LAM bisa jadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat, menerjemahkan program kebersihan seperti Batam Bersih dengan pendekatan adat. Bisa lewat pantun, petuah, majelis taklim, atau gotong royong kampung,” katanya.
LAM juga berencana membentuk kampung adat bersih, yaitu wilayah yang dikelola berdasarkan nilai adat dan ajaran Islam, sehingga menjadi contoh bagi masyarakat lain dalam menjaga kebersihan secara berkelanjutan.
Selain itu, prinsip ‘Adat bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah’ akan menjadi dasar dalam menerapkan sanksi sosial bagi warga yang melanggar nilai kebersihan lingkungan.
“Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, bisa ditegur secara adat. Sebaliknya, yang menjaga kebersihan perlu diapresiasi. Kita hidupkan lagi budaya malu dan penghargaan sosial itu,” ungkap Dato’ Amin.
Gerakan CSR Adat Hijau
Untuk memperkuat gerakan kebersihan berbasis budaya, LAM Kepri Batam juga tengah menjajaki kolaborasi dengan perusahaan dan lembaga pendidikan melalui program CSR Adat Hijau. Program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran lingkungan berbasis kearifan lokal dan nilai Melayu-Islam.
“Sekolah dan kampus punya peran besar. Kalau sejak kecil anak-anak diajarkan pantun tentang bersih dan nasihat tentang menjaga lingkungan, maka mereka akan tumbuh jadi generasi yang beradab dan peduli,” tutur Dato’ Amin.
Kebersihan Sebagai Cerminan Iman dan Marwah
Bagi Ketua LAM Batam, kebersihan bukan sekadar urusan estetika, tetapi bagian dari iman dan identitas Melayu-Islam.
“Rasulullah SAW bersabda, kebersihan adalah sebagian dari iman. Jadi menjaga kebersihan Batam bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua sebagai umat dan masyarakat beradat. Mulailah dari diri sendiri, dari rumah sendiri,” pesannya.
Dato’ Amin berharap semangat menjaga kebersihan dapat menjadi gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat Batam.
“Kalau Batam bersih, bukan hanya kotanya yang indah, tapi juga marwah kita yang terangkat. Itulah Batam Madani yang kita cita-citakan,” tutupnya.