Studi: Kerusakan Otak Bantu Orang Terbebas dari Kecanduan Rokok

Studi: Kerusakan Otak Bantu Orang Terbebas dari Kecanduan Rokok
Kampanye berhenti merokok (Ilustrasi)

GLOBALKEPRI.COM, JAKARTA -- Hasil pemindaian otak dari perokok yang secara kebetulan berhenti setelah mengalami kerusakan otak, seperti strok, menunjukkan daerah tertentu pada otak yang saling berhubungan sebagai penyebab kecanduan. Hal itu terungkap melalui penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), satu dari 14 orang Amerika Serikat mengatakan memiliki gangguan penyalahgunaan zat. Perawatan yang ada mungkin tidak memadai, dan dapat mencakup beberapa kombinasi obat-obatan, psikoterapi, dan perawatan yang lebih invasif, seperti mengirimkan impuls listrik ke otak.
Tim di balik penelitian berharap temuan mereka dapat membuka jalan bagi perawatan baru yang ditargetkan atau optimalisasi perawatan yang sudah ada. Seorang ahli saraf di University of Turku, Finlandia, Juho Joutsa dan rekan penulis studi mengatakan salah satu masalah terbesar dalam kecanduan adalah kita tidak benar-benar tahu bagian otak mana yang harus menjadi target pengobatan.

"Kami berharap setelah ini, kitamemiliki gagasan yang sangat bagus tentang wilayah dan jaringan tersebut," kata Joutsa dan tim dilansir Insider, Kamis (16/6/2022).

Para ilmuwan memeriksa 129 pemindaian otak secara total dari dua kelompok perokok nikotin yang menderita cedera otak, termasuk strok, dan kemudian secara kebetulan berhenti merokok. Untuk melihat apakah temuan ini berlaku terhadap gangguan penggunaan zat lainnya, tim memeriksa pemindaian 186 orang lebih lanjut dengan alkoholisme yang memiliki cedera otak dan berhenti minum dan melihat pola yang sama.

Ini bisa berarti daerah otak yang saling berhubungan mendasari gangguan penggunaan zat lain. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini.

Seorang profesor emeritus psikiatri di University of Pennsylvania, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Thomas McLellan mengatakan dirinya percaya penelitian tersebut bisa menjadi salah satu publikasi paling berpengaruh tidak hanya tahun ini, tetapi juga dasawarsa. Mantan wakil direktur Kantor Kebijakan Pengendalian Narkoba AS, mengatakan temuan itu menghilangkan begitu banyak stereotip yang masih melingkupi bidang kecanduan.

"Kecanduan kerap dikaitkan dengan pola asuh yang buruk, kepribadian yang lemah, dan kurangnya moralitas," kata McLellan.
Perawatan yang mengirimkan impuls listrik ke otak, seperti stimulasi otak dalam atau stimulasi magnetik transkranial (TMS), dapat menargetkan sirkuit otak dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan obat yang diminum. Menurut para peneliti, beberapa di antara bentuk stimulasi tersebut memiliki paten dalam penggunaan konektivitas otak untuk memandu stimulasi otak.
Misalnya, memungkinkan dokter untuk meniru kerusakan otak dengan menekan aktivitas listrik di wilayah tertentu pada otak. Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui perangkat TMS untuk kecanduan yang menargetkan dua wilayah di otak, yang sebelumnya terkait dengan kecanduan.

Setiap perawatan baru atau yang dioptimalkan yang dihasilkan dari penelitian ini mungkin masih bertahun-tahun lagi, karena penelitian lebih lanjut diperlukan mengklarifikasi apakah temuan ini berlaku untuk gangguan penggunaan zat lain, berapa lama efek dari perawatan yang ditargetkan bertahan, dan apakah ada efek samping.

Direktur pendiri Center for Brain Circuit Therapeutics di Brigham and Women's Hospital, Michael D Fox dan rekan penulis studi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tim ingin menguji secara ketat target yang baru ditemukan untuk remisi kecanduan melalui uji klinis.

"Pada akhirnya, tujuan kami adalah untuk mengambil langkah yang lebih besar menuju peningkatan terapi yang ada untuk kecanduan dan membuka pintu untuk remisi," ujar Fox yang juga seorang profesor neurologi di Harvard Medical School.
 

#Kesehatan

Index

Berita Lainnya

Index