GLOBALKEPRI.COM. Batam - Pedangang hewan kurban di Batam, mengalami kerugian yang cukup besar akibat banyak hewan kurban jenis kambing, yang mati di kapal dan usai karantina.
Hal ini disampaikan Kakan Sriangung, salah satu pedahang hewan kurban di Kawasan Masjid Agung Batam Center, Senin (4/7/2022). Di mana, kata dia, lamanya pengiriman hewan kurband dari Lampung hingga ke Batam, membuat hewan kurban jenis kambing mengalami dehidrasi.
"Perjalanan dari Lampung ke Batam 4 hari 3 malam. Daya tahan tubuh kambing dan sapi jauh beda, sehingga banyak yang mati di kapal," keluh dia, saat ditemui di Kawasan Masjid Agung Batam Center.
Dijelaskannya, lamanya perjalan dari Lampung ke Batam, akibat aturan pemerintah dalam mengantisipasi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. "Di samping dehidrasi, hewan kurban ini juga kekurangan pakan saat di kapal," kata dia.
Parahnya lagi, kata Kakan, setelah tiba di Batam, kambing-kambing yang sudah lemas itu kemudian masuk ke karantina. "Habis dari karantina, banyak lagi kambing yang mati. Kami jadi rugi banyak," ujar dia.
Proses pemesanan dari Lampung, kata Kakan, hewan kurban itu dibayar tunai terlebih dahulu, baru diangkaut ke Batam. Harganya kisaran Rp 3,5 - 4 juta per ekornya.
"Saya pesan 70 ekor kambing, yang tersisa 33 ekor, sisanya mati semua," kesalnya.
Untuk menekan membengkaknya nilai kerugian, sambung Kakan, mereka berinisiatif menyembelih kambing-kambing yang masih lemas untuk kebutuhan pelanggan dan pasar. Dan, beberapa ekor lagi diharapkan masih bisa berahan hingga hari H Idul Adha 2022.
"Ke depan, kami berharap agar regulasinya dipermudah dan orang-orang yang menangani persoalan seperti mereka yang benar-benar paham lapangan. Kalau seperti ini, kami bisa bangkrut akibat mengikuti aturan," tutup dia.
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
