Naturalisasi Jordi Amat Dikritik, 'Jangan Obral Tanpa Bukti Prestasi, Harus Selektif'

Naturalisasi Jordi Amat Dikritik, 'Jangan Obral Tanpa Bukti Prestasi, Harus Selektif'
Jordi Amat, pesepak bola yang tengah menjalani proses naturalisasi

GLOBALKEPRI.COM. JAKARTA – Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyatakan penolakannya terkait rencana naturalisasi pemain baru klub asal Malaysia, Johor Darul Ta’zim (JDT), Jordi Amat. Huda menegaskan, pernyataan tersebut didasari pemikiran jika naturalisasi pemain sepak bola harus benar-benar dilakukan secara selektif. 
“Jika merujuk pada data, sudah 12 tahun kita lakukan proses naturalisasi pemain sepak bola. Sedikitnya ada 36 pemain naturalisasi yang bermain untuk Tim Nasional kita, tapi faktanya belum satu pun prestasi membanggakan yang berhasil diukir, walau sekelas emas Sea Games atau juara Piala AFF,” ujar Syaiful Huda dalam keterangannya, Kamis (30/6/2022). 
Untuk diketahui, dalam unggahan akun Instagram pribadinya, @Syaifulhooda, Rabu 29 Juni 2022, Huda mengunggah tulisan tangan dengan pesan, 'Saya setuju naturalisasi Jordi Amat dibatalkan, kita minta STY dan Kemenpora bersikap tegas.' Sikap keras ini mendapat tanggapan beragam dari netizen, baik yang pro maupun kontra.

Huda menjelaskan, proses naturalisasi pemain sepak bola mulai berembus kencang saat Cristian Gonzales memutuskan untuk mengikrarkan diri menjadi warga negara Indonesia (WNI) pada tahun 2010. Masuknya Gonzales memang mengangkat level permainan tim nasional meskipun belum mampu menorehkan prestasi.

“Meningkatnya level permainan tim nasional akibat masuknya Cristian Gonzales akhirnya membuat publik kian permisif terhadap proses naturalisasi yang disponsori oleh PSSI. Tanpa sadar sudah ada 36 pemain asing yang kita sahkan sebagai WNI dan ternyata tak berkontribusi maksimal pada prestasi tim nasional sepak bola kita,” tukasnya.

Huda menginginkan, naturalisasi ditempatkan pada substansi yang tepat. Pemain naturalisasi harus memiliki kedudukan yang spesial sebagai pemain yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih dibanding pemain lokal.

“Saya memandang dari sisi sports governance. Sudah 35 pemain sepak bola yang dinaturalisasi, tapi prestasi sepak bola kita masih begitu-begitu saja. Artinya, kebijakan naturalisasi yang dipercaya untuk meraih prestasi cepat, perlu dikaji ulang,” ujarnya.

Dia menegaskan tidak anti terhadap proses naturalisasi pemain sepak bola demi prestasi tim nasional. Hanya saja sistem dan peta jalan dari alur naturalisasi perlu dimatangkan, agar dapat diukur seberapa berhasil naturalisasi yang dilakukan oleh Timnas Indonesia.

“Jangan sampai obral naturalisasi tapi tanpa bukti prestasi memadai,” ujar dia

Dalam polemik naturalisasi ini, tegas Huda, dirinya tidak menempatkan para pemain naturalisasi sebagai satu-satunya pihak yang bersalah. Menurutnya, PSSI dan Kemenpora lah yang harus membenahi target dan pembinaan sepak bola di Indonesia.

“Termasuk secara ketat menetapkan sekian indikator yang harus dipenuhi oleh pemain naturalisasi,” katanya.

Terkait suara kerasnya terhadap proses naturalisasi Jordi Amat, Huda menegaskan jika hal itu cukup beralasan. Dia melihat ada banyak kejanggalan terkait pemain baru klub asal Malaysia, Johor Darul Ta’zim (JDT) tersebut.

“Seremoni sudah dilakukan padahal proses administrasinya belum, juga belum proses politiknya," ujar Huda.

DPR RI diketahui baru menerima dua surat presiden (surpres) terkait permohonan pertimbangan pemberian kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap dua orang. Surat tersebut dibacakan Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad dalam rapat paripurna hari ini.

Kedua orang tersebut yaitu Jordi Amat Maas dan Sandy Walsh. Keduanya merupakan pemain sepak bola yang rencana akan menjadi pemain naturalisasi.

Sandy dan Jordi merupakan pesepak bola berposisi bek yang bermain di Liga Belgia. Sandy (27 tahun) merumput untuk klub KV Mechelen. Adapun Jordi (30 tahun), yang seorang bek tengah, dan sempat berlaga untuk tim KAS Eupen. Jordi kini dinyatakan resmi bergabung dengan JDT, klub Malaysia.
 

#Olahraga

Index

Berita Lainnya

Index