Batam Krisis Air Bersih, Warga Belian dan Nongsa Terpaksa Tampung Air Hujan

Batam Krisis Air Bersih, Warga Belian dan Nongsa Terpaksa Tampung Air Hujan
Warga Perumahan Bukit Raya terpaksa menampung air hujan dampak krisis air di Batam

GLOBALKEPRI.COM. BATAM - Kota Batam yang digadang-gadang akan menjadi kota modern, kini mengalami krisis air bersih. Beberapa bulan terakhir, teriakan masyarakat terkait buruknya pengelolaan air, hampir terdengar di seluruh penjuru Kota Madani ini.

Seperti saat ini, di kawasan Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota dan Kecamatan Nongsa, warga hanya bertumpu pada air galon dan menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.

Berbagai komentar warga dan tokoh masyarakat berseliweran di portal media dan medsos terkait buruknya pengelolaan air bersih. Namun seolah tidak ada solusi dari pihak pengelola air bersih yang saat ini digawangi PT Moya dibawah kendali SPAM Batam.

Salah seorang warga, Perumahan Bukit Raya Kelurahan Belian, Romauli Sianturi menilai, hal itu menunjukkan krisis air bersih di Kota Batam semakin parah. Ia mengungkapkan, air bersih di perumahan terakhir mengalir empat hari yang lalu.

"Iya sudah empat hari tidak jalan. Kami sampai beli galon," ujarnya, Senin (23/1/2023).

Menurutnya, hal itu sangat menyulitkan warga untuk beraktivitas sehari-hari. Untungnya hujan sempat turun hingga airnya bisa ditampung warga.

Hal serupa sampaikan warga lainnya, Roliah. Ia menjelaskan, kondisi itu semakin parah sejak beberapa bulan terakhir ini. Padahal dahulu, air di perumahan itu selalu mengalir lancar. "Saya bisa habis 10 galon dalam sehari. Soalnya kebutuhan anak-anak kan banyak," tutur Roliah.

Roliah mengungkapkan, air dari mobil tangki selaku pengelola Sistem penyediaan air minum (SPAM) Batam memang sampai ke perumahannya. Namun, air tersebut tak mencukupi kebutuhan para warga. "Saya tidak pernah dengar ada pemberitahuan kalau air mau mati," tambahnya.

Para warga juga berharap, agar pihak pengelola air bersih memperhatikan kebutuhan primer masyarakat. Jangan hanya memberikan alasan kepada masyarakat, akan tetapi tidak ada solusi yang kongkrit.

Akhirnya, masyarakat selalu membandingkan pengelolaan air dengan pengelola sebelumnya. "Dulu waktu, dikelola ATB kami tidak pernah mati berkepanjangan seperti ini, sudahlah bayaran kadang mahal, air pun tak lancar," kesal warga.

#Kepri

Index

Berita Lainnya

Index