Problem Limbah Industri Elektronik, Ekonomi Sirkular Jadi Solusi Strategis

Problem Limbah Industri Elektronik, Ekonomi Sirkular Jadi Solusi Strategis
Limbah atau sampah produk elektronik (e-waste)

GLOBALKEPRI.COM, JAKARTA - Limbah elektronik atau e-waste kini semakin tinggi akibat gaya hidup masyarakat kian lekat dengan perangkat digital dan akses virtual. Pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi langsung masyarakat membuat intensitas kegiatan virtual dengan menggunakan gawai semakin tinggi.

Permintaan perangkat digital pun meningkat sekaligus mengakibatkan praktik industri dan masyarakat berlebihan. Dampaknya adalah peningkatan e-waste dan terbuangnya sumber daya elektronik tanpa ada kesempatan untuk diolah kembali.
Pada tahun lalu masyarakat dunia membuang e-waste sebesar 57,4 juta ton, sedangkan di Indonesia mencapai 2 juta ton.

Jumlah timbulan ini diproyeksi semakin meningkat dengan semakin pendeknya usia barang elektronik. Timbulan e-waste dapat melahirkan masalah berupa paparan racun pada tanah dan air, yang berpotensi membahayakan rantai makanan dan berujung pada gangguan kesehatan manusia.
Salah satu upaya pemerintah RI mengurangi e-waste melalui pengesahan Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kebijakan tersebut memuat tahapan pengolahan e-waste yang dilakukan melalui: proses pembersihan dan penghilangan seluruh cairan dan gas; pembongkaran komponen secara manual; pemilahan dan pemisahan komponen yang dicopot; proses pemecahan dan pemotongan; dan pemrosesan lanjutan yang digunakan sebagai bahan baku serta bahan elektronik.

Kebijakan tentang pengelolaan e-waste juga dimandatkan dalam Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik.

?Bappenas bersama UNDP dan pemerintah Denmark meluncurkan laporan bertajuk 'Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Ekonomi Sirkular di Indonesia'. Laporan itu menunjukkan sektor elektronik salah satu sektor prioritas dalam penerapan ekonomi sirkular. Penerapan ekonomi sirkular yang lebih dari sekadar pengelolaan sampah, tapi juga mencakup pengelolaan sumber daya alam pada kelima sektor prioritas (Elektronik, Makanan dan Minuman, Tekstil, Konstruksi, dan Ritel dengan fokus kemasan plastik) berpotensi meningkatkan PDB pada kisaran Rp 593-638 triliun, menciptakan 4,4 juta lapangan pekerjaan, dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 126 juta ton CO2 ekuivalen pada 2030,? ujar Arifin Rudiyanto, Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dalam rilisnya.
Ekonomi Sirkular

Secara khusus laporan tersebut juga menemukan penerapan ekonomi sirkular pada industri elektronik berpotensi meningkatkan PDB Rp 12,2 triliun pada 2030. Pada aspek lingkungan, penerapan ekonomi sirkular pada industri elektronik diprediksi dapat membantu Indonesia menghindari hampir 0,4 juta ton emisi CO2 dan menghemat 0,6 miliar meter kubik air pada 2030.

Dari sisi sosial, sirkularitas di sektor elektronik juga dapat menghasilkan penghematan rumah tangga tahunan sekitar Rp 88.000 atau 0,2 persen dari rata-rata pengeluaran rumah tangga tahunan saat ini.

Vanessa Letizia, Direktur Eksekutif Greeneration Foundation, mengatakan alat elektronik multifungsi dengan daya pakai pendek membuat banyak pihak, memikirkan solusi efisien agar e-waste di Indonesia lebih dikendalikan. Temuan dari kajian Bappenas, membuat kami percaya bahwa penerapan ekonomi sirkular tidak hanya dapat mengurangi timbulan e-waste, tapi juga berdampak positif terhadap aspek ekonomi dan sosial.
"Dengan ekonomi sirkular, alur industri elektronik tidak lagi terdiri atas produksi, konsumsi, dan buang, melainkan produksi, konsumsi, dan kelola dengan bijak,? kata Vanessa Letizia.

Greeneration Foundation adalah lembaga swadaya masyarakat asal Indonesia yang berfokus mengubah perilaku masyarakat agar menerapkan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Program-program Greeneration Foundation bermitra dengan pemerintah, komunitas, dan perusahaan bertujuan mendorong manajemen persampahan melalui advokasi dan edukasi, sistem manajemen informasi dan komunikasi, riset, dan pemberdayaan masyarakat.

Saat ini Greeneration Foundation bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional RI/Bappenas sedang melaksanakan program Ekonomi Sirkular melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas yang menargetkan perwakilan industri dan pemerintahan. **

#Teknologi

Index

Berita Lainnya

Index