Korban Meninggal Gempa Turki-Suriah Capai 46 Ribu Orang

Korban Meninggal Gempa Turki-Suriah Capai 46 Ribu Orang
Dampak kerusakan gempa Turki-Suriah. (net)

GLOBALKEPRI.COM.JAKARTA- Lebih dari 46 ribu orang meninggal dalam gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah berkekuatan Magnitudo 7,7 pada 6 Februari silam.

Jumlah korban pun diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 345 ribu apartemen di Turki telah hancur dan masih banyak warga yang hilang.

Angka korban itu menjadikan gempa ini masuk 10 besar gempa paling mematikan di dunia dalam 100 tahun terakhir.

Dua belas hari setelah gempa melanda, para pekerja dari Kyrgyzstan mencoba menyelamatkan satu keluarga Suriah beranggotakan lima orang dari puing-puing sebuah bangunan di Kota Antakya di selatan Turki.

Tiga orang, termasuk seorang anak, diselamatkan hidup-hidup. Ibu dan ayahnya selamat, namun nahas, tim penyelamat menyatakan anaknya telah meninggal karena dehidrasi. Kakak perempuan dan saudara kembarnya dilaporkan tidak selamat.

"Kami mendengar teriakan saat kami menggali hari ini satu jam yang lalu. Saat kami menemukan orang yang masih hidup, kami selalu [merasa] bahagia," kata Atay Osmanov, anggota tim penyelamat, mengutip Reuters, Minggu (19/2).

Sepuluh ambulans menunggu di jalan terdekat yang diblokir untuk lalu lintas untuk memungkinkan pekerjaan penyelamatan.

Para pekerja dari tim penyelamat meminta keheningan total dan semua orang untuk berjongkok atau duduk saat tim naik lebih jauh ke atas puing-puing bangunan tempat keluarga itu ditemukan untuk mendengarkan suara menggunakan detektor elektronik.

Kepala Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), Yunus Sezer, mengatakan upaya pencarian dan penyelamatan sebagian besar akan dihentikan pada Minggu malam.

Korban tewas di Turki kini dilaporkan mencapai 40.642 akibat gempa. Sementara, Suriah telah melaporkan lebih dari 5.800 kematian, jumlah korban yang tidak berubah selama berhari-hari.

Direktur WFP David Beasley mengatakan pemerintah Suriah dan Turki telah bekerja sama dengan sangat baik, tetapi operasinya terhambat di barat laut Suriah.

Badan itu pekan lalu mengatakan telah kehabisan stok di sana dan menyerukan lebih banyak penyeberangan perbatasan dibuka dari Turki.

"Masalah yang kami hadapi [adalah] operasi lintas garis ke Suriah barat laut di mana otoritas Suriah barat laut tidak memberi kami akses yang kami butuhkan," kata Beasley.

“Itu menghambat operasi kami. Itu harus segera diperbaiki.”

"Waktu hampir habis dan kami kehabisan uang. Operasi kami menghabiskan sekitar US$50 juta per bulan untuk tanggap gempa saja, jadi kecuali Eropa menginginkan gelombang baru pengungsi, kami perlu mendapatkan dukungan yang kami butuhkan," tambah Beasley.

Di Suriah, yang telah hancur oleh lebih dari satu dekade perang saudara, sebagian besar korban jiwanya ditemukan di wilayah barat laut.

Wilayah tersebut dikendalikan oleh pemberontak yang berperang dengan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad yang mempersulit upaya untuk mendapatkan bantuan kepada masyarakat.

Setidaknya untuk saat ini, ribuan warga Suriah yang mencari perlindungan di Turki telah kembali ke rumah mereka. Bahkan hari pertama setelah Turki mengizinkan pengungsi Suriah kembali ke negaranya setelah gempa, ada sekitar 1.795 warga Suriah yang pulang.

Turki memang mengizinkan pengungsi Suriah yang terkena dampak gempa kembali ke negara mereka. Warga Suriah diizinkan kembali ke negaranya tanpa kehilangan status perlindungan di Turki.

Keputusan tersebut memungkinkan pemegang kartu perlindungan sementara Turki-Suriah yang tinggal di daerah yang rusak akibat gempa menyeberang ke Suriah tanpa harus mendapatkan izin perjalanan dari otoritas Turki.

Biasanya, Turki akan mempertimbangkan warga Suriah yang berstatus dilindungi untuk menyeberang ke Suriah tanpa izin. Jika memaksa mereka akan melepaskan statusnya sebagai pencari suaka dan akan dicegah masuk kembali ke Turki selama lima tahun. (cnni)

#Internasional

Index

Berita Lainnya

Index