GLOBALKEPRI.COM, BRASIL - Sebuah pesawat turboprop jatuh di dekat Sao Paulo, Brasil pada Jumat (9/8/2024), menewaskan seluruh 61 orang di dalamnya.
Mengutip staradvertiser.com, maskapai penerbangan regional Voepass, mengatakan pesawat itu lepas landas dari Cascavel, menuju bandara internasional Sao Paulo.
Pesawat jatuh sekitar pukul 1:30 siang waktu setempat di kota Vinhedo, sekitar 80 km barat laut Sao Paulo.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan pesawat ATR-72 berputar di udara sebelum akhirnya jatuh di dekat rumah-rumah warga.
Kepulan asap hitam membumbung setelahnya.
Warga lokal bernama Daniel de Lima mengatakan ia mendengar suara keras sebelum melihat ke luar kondominiumnya di Vinhedo ketika ia melihat pesawat itu berputar secara horizontal.
"Pesawat itu berputar, tetapi tidak bergerak maju," katanya kepada Reuters.
"Tak lama kemudian, pesawat itu jatuh dari langit dan meledak."
Pejabat kota di Valinhos, dekat Vinhedo, mengatakan tidak ada yang selamat dari jatuhnya pesawat.
Satu rumah di kompleks kondominium setempat rusak tetapi tidak ada penghuni yang terluka.
"Saya hampir yakin pilot mencoba menghindari lingkungan sekitar yang padat penduduk," kata de Lima.
Penyebab Kecelakaan
Pihak berwenang belum mengumumkan penyebab kecelakaan tersebut.
Video saat kecelakaan menunjukkan cuaca sedang cerah, dan prakiraan cuaca di daerah tersebut menyebutkan hujan ringan dan angin berkecepatan 6 mil per jam.
John Hansman, seorang profesor di departemen aeronautika dan astronautika di Institut Teknologi Massachusetts, meninjau beberapa rekaman yang dibagikan di media sosial.
Tanpa meninjau data penerbangan, ia mengatakan kecelakaan itu tampaknya bukan disebabkan oleh cuaca.
"Mungkin ada kerusakan mesin di satu sisi yang tidak ditangani dengan baik oleh kru," katanya.
"Bisa jadi dorongan dari mesin yang tersisa yang menyebabkan putaran ke bawah."
Konsultan keselamatan penerbangan AS dan mantan pilot komersial John Cox mengatakan ia ingin memvalidasi data Flightradar, yang menunjukkan banyak perubahan kecepatan.
Flightradar24 mengatakan data yang dikirim dari pesawat mengindikasikan pesawat itu menukik pada kecepatan 8.000 hingga 24.000 kaki per menit dalam 60 detik terakhir penerbangan.
Tetapi terlepas dari itu, sesuatu yang sangat signifikan terjadi yang menyebabkan pesawat berputar saat jatuh, ujarnya.
"Kami tidak bisa memutar pesawat," kata Cox.
"Jadi itu berarti pada suatu titik, pesawat mogok dan kemudian awak pesawat kehilangan kendali."
"Tetapi tampaknya mungkin ada beberapa peristiwa bencana sebelum hilangnya kendali itu."
Mengutip newsnationnow.com, Arthur Rosenberg, mantan pilot dan insinyur kedirgantaraan, menduga ada kegagalan baling-baling atau kegagalan mesin yang membuat pesawat jatuh.
Kondisi saat pesawat berputar vertikal seperti ATR-72 disebut flat spi
Saat pesawat memasuki “flat spin stall,” Rosenberg mengatakan bahwa pilot pada dasarnya menerbangkan pesawat eksperimental.
"Pesawat itu jatuh, terguling, berputar. Itu membingungkan. Anda benar-benar merasakannya di tubuh Anda. Tingkat ketakutan yang dialami orang-orang ini tidak dapat dijelaskan," imbuh Rosenberg.
Kepala CENIPA, unit Angkatan Udara Brasil yang menyelidiki kecelakaan dan insiden penerbangan, Marcelo Moreno memperingatkan dalam konferensi pers bahwa masih terlalu dini untuk menentukan penyebab kecelakaan itu.
"Berdasarkan informasi yang kami peroleh sejauh ini, pesawat tersebut tidak menghubungi pengawas lalu lintas dan melaporkan keadaan darurat," kata Moreno.
Kata Maskapai
Voepass, maskapai penerbangan terbesar keempat di Brasil, mengatakan pihaknya tidak dapat memberikan informasi tambahan tentang penyebab jatuhnya pesawat.
Awalnya dilaporkan ada 62 orang di dalam pesawat.
Tetapi media lokal mewawancarai seorang pria yang mengatakan dia ketinggalan pesawat.
Secara total, pesawat itu membawa 57 penumpang dan 4 awak, kata Voepass.
ATR Prancis-Italia, yang dimiliki bersama oleh Airbus dan Leonardo, adalah produsen utama pesawat turboprop regional dengan kapasitas tempat duduk 40 hingga 70 orang.
ATR mengatakan kepada Reuters bahwa para spesialisnya terlibat penuh dalam penyelidikan kecelakaan dan pelanggannya.
Motor di pesawat itu adalah PW 127 yang diproduksi oleh Pratt & Whitney Canada, perusahaan induknya RTX Corp mengonfirmasi kepada Reuters.
RTX mengatakan telah menawarkan bantuan dalam penyelidikan tersebut.
Penyelidik Prancis dan Kanada juga akan berpartisipasi dalam penyelidikan tersebut, kata Moreno.
Regulator keselamatan Eropa juga mengatakan akan menawarkan bantuan teknis.
Kecelakaan ini adalah yang paling mematikan di Brasil sejak tahun 2007, di mana 199 orang tewas dalam penerbangan yang dioperasikan oleh TAM, yang kemudian bergabung dengan LAN dan menjadi LATAM Airlines.