Kunjungan Kenegaraan, Ibu Negara RI Gunakan Perhiasan Pinjaman

Kunjungan Kenegaraan, Ibu Negara RI Gunakan Perhiasan Pinjaman
Bung Karno dan Fatmawati. ©2022 Yayasan Bung Karno

GLOBALKEPRI.COM.  Ada undangan resmi kenegaraan. Namun istri Presiden tak punya perhiasan yang layak. Sehingga harus meminjam.

Sekitar tahun 1950, Presiden Sukarno dan Ibu Fatmawati mendapat undangan kenegaraan dari pemerintah India. Perayaan hari kemerdekaan India dari Kerajaan Inggris.
Lawatan ke negeri tersebut adalah kunjungan kenegaraan pertama bagi Presiden Sukarno bersama Ibu Negara. Di awal-awal kemerdekaan, kondisi Republik Indonesia serba sulit. Fatmawati tak punya perhiasan yang layak untuk menghadiri undangan kenegaraan. Dia terpaksa meminjam dari istri seorang pejabat.

"Karena tak punya perhiasan ketika itu aku terpaksa memakai perhiasan pinjaman dari istri sekretaris negara. Seorang keturunan bangsawan keraton yang punya persediaan perhiasan," kenang Fatmawati.
Hal itu ditulisnya dalam Buku Fatmawati, Catatan Kecil Bersama Bung Karno, yang diterbitkan oleh Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo.
Pesan Bung Karno, Ibu Negara Harus Sederhana
Ibu Negara memang tak punya perhiasan emas berlian saat itu. Selain karena memang tak punya, Sukarno pun berpesan, seorang Ibu Negara harus menjadi contoh. Penampilannya harus sederhana dan tidak bermewah-mewahan.

Walau dengan perhiasan pinjaman, kunjungan kenegaraan ke India berjalan cukup lancar. Hubungan antara Indonesia dan India kala itu memang sangat dekat.

"Suasana kekeluargaan sangat terasa oleh kami dan mereka sangat mengagumi figur-figur kami yang baru lepas dari cengkeraman penjajahan Belanda," kenang Fatmawati.
Pesan Bung Karno, Ibu Negara Harus Sederhana
Ibu Negara memang tak punya perhiasan emas berlian saat itu. Selain karena memang tak punya, Sukarno pun berpesan, seorang Ibu Negara harus menjadi contoh. Penampilannya harus sederhana dan tidak bermewah-mewahan.

Walau dengan perhiasan pinjaman, kunjungan kenegaraan ke India berjalan cukup lancar. Hubungan antara Indonesia dan India kala itu memang sangat dekat.

"Suasana kekeluargaan sangat terasa oleh kami dan mereka sangat mengagumi figur-figur kami yang baru lepas dari cengkeraman penjajahan Belanda," kenang Fatmawati.
Diplomat dengan Jas dan Sepatu Pinjaman
Bukan hanya Ibu Negara yang menghadiri acara resmi di luar negeri dengan barang pinjaman. Para menteri Indonesia pun terpaksa meminjam jas dan sepatu untuk hadir dalam berbagai perundingan.

Hal ini dikisahkan Presiden Sukarno dalam biografinya Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.

Walau begitu, dengan gaya percaya diri mereka hadir mewakili Indonesia. Semua duduk berdampingan dengan politikus dunia yang bersetelan jas mahal dan topi laken dari Eropa.
Waktu itu mereka memanggil delegasi Indonesia dengan sebutan 'Yang Mulia', sebagai bentuk penghormatan.

"Orang-orang desa dengan baju pinjaman, beberapa dengan sepatu pinjaman, berunding dengan para bangsawan bergelar Sir atau Lord. Kesulitan terbesar dari para menteriku adalah menahan ketawa bila memikirkan keganjilan ini," kata Sukarno dengan tawa geli.

#Pendidikan

Index

Berita Lainnya

Index