Perang Israel-Hamas Memanas, PBB: Tak Ada Tempat Aman di Gaza

Perang Israel-Hamas Memanas, PBB: Tak Ada Tempat Aman di Gaza
EPA

GLOBALKEPRI.COM.JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut tak ada tempat yang aman bagi warga Palestina di Gaza saat ini, seiring pertikaian antara Israel dan Hamas yang kian memanas.

Dalam perkembangan terbaru, Israel mengatakan serangan udaranya mengenai 250 sasaran di Gaza dalam 24 jam terakhir.

Pasukan pertahanan Israel (IDF) mengeklaim telah melakukan "serangan yang ditargetkan" di sejumlah infrastruktur dan pos peluncuran rudal anti-tank di Gaza utara.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali menegaskan Israel sedang mempersiapkan invasi darat ke Gaza, namun tidak memberikan rincian kapan serangan darat itu akan dilakukan.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Lynn Hastings, peringatan dini Israel agar warga di Gaza utara mengevakuasi diri tak ada bedanya bagi orang-orang yang tak bisa mengungsi lantaran tidak memiliki tujuan atau tidak bisa bergerak.

"Ketika jalur evakuasi dibom, ketika orang-orang di utara dan selatan terjebak dalam pertikaian, ketika kebutuhan pokok untuk bertahan hidup tidak ada lagi, dan ketika tidak ada jaminan untuk kembali, orang-orang tak punya pilihan," katanya kepada BBC.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza."

Awal bulan ini, militer Israel memperingatkan masyarakat di utara Jalur Gaza untuk menuju ke selatan.

Seorang warga Palestina di Khan Younis, di Gaza bagian selatan, mengatakan kepada kantor berita Reuters: "Wilayah selatan, di selatan lembah, tidak aman.

"Terjadi pembantaian siang dan malam, banyak pembantaian, anak-anak, remaja, bayi - semuanya dibunuh.

"Bangunan-bangunan mati, pohon-pohon mati tidak ada tempat yang aman di seluruh Jalur Gaza. Bagian selatan hancur, semua pembunuhan dan pengungsian terjadi di bagian selatan.

"Kita milik Tuhan dan kepada-Nya kita akan kembali."

Hampir 6.500 warga Palestina kehilangan nyawa sejak 7 Oktober, imbas dari serangan balasan Israel atas serangan Hamas.

Sementara,1.400 warga Israel meninggal dalam serangan Hamas terhadap Hamas pada 7 Oktober, yang memicu pertikaian terbaru antara Palestina dan Israel. Lebih dari 200 warga Israel masih disandera di Gaza.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak Hamas untuk membebaskan semua sandera dengan alasan medis.

Sebelumnya, PBB memperingatkan pasokan bahan bakar di Gaza akan segera habis, mengakibatkan rumah sakit menutup hampir seluruh layanannya, kecuali Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Seiring beberapa negara di seluruh dunia menyerukan "jeda kemanusiaan" dalam upaya menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, PBB telah memperingatkan Gaza akan kehabisan bahan bakar pada Rabu (25/10) malam.

Jika bahan bakar habis, itu akan berdampak sangat besar pada upaya bantuan kemanusiaan yang mereka lakukan di wilayah yang tengah dilanda prahara tersebut.

PBB menekankan pentingnya pengiriman pasokan bahan bakar ke wilayah itu demi memastikan warga mendapatkan air minum yang bersih, layanan rumah sakit tetap buka dan operasi bantuan dapat terus berlanjut.

Menipisnya pasokan bahan bakar di Gaza, memicu kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap layanan kesehatan. Badan-badan PBB lainnya memperkirakan bahwa sepertiga rumah sakit di Gaza dan hampir dua per tiga klinik layanan kesehatan utama ditutup karena kerusakan atau kekurangan bahan bakar.

Wartawan BBC di Gaza, Rushdi Abualouf, mengatakan rumah sakit kini telah menutup hampir semua layanannya kecuali instalasi gawat darurat.

"Sebagian besar departemen di rumah sakit ditutup karena mereka ingin meminimalkan jumlah bahan bakar yang mereka gunakan," ujarnya kepada program Today di BBC Radio 4.

Akan tetapi, fasilitas penting seperti unit dialisis masih beroperasi, kendati dengan perawatan yang sangat minim.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 436 orang tewas dalam 24 jam terakhir, imbas dari serangan udara Israel yang terus berlanjut.

Israel mengatakan pihaknya menargetkan infrastruktur Hamas dalam serangannya, termasuk terowongan. Israel mengeklaim berhasil menggempur 320 sasaran dalam sehari.

Israel juga melancarkan serangan darat terbatas ke Gaza untuk mencari informasi tentang warga Israel yang disandera milisi Hamas.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan situasi di Gaza selatan sangat buruk sehingga beberapa warga sipil memutuskan kembali ke tempat tinggal mereka di Gaza utara, setelah diperintahkan untuk mengungsi ke selatan oleh Israel.

Lebih dari 1.400 warga Israel terbunuh ketika Hamas menyerang komunitas warga Israel di dekat Gaza.

Sementara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan lebih dari 5.000 orang telah tewas sejak Israel mulai membom wilayah tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas.

Jumlah korban jiwa di atas 5.000 itu termasuk 2.055 anak, 1.119 perempuan, dan 217 lansia, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebanyak 15.273 lainnya dalam kondisi luka.

Kementerian kesehatan, seperti lembaga pemerintahan lainnya di Jalur Gaza, dikontrol oleh Hamas.

Warga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka dekat Nablus, Tepi Barat. (EPA)

Sebelumnya, sejumlah rudal Israel menghantam sebuah masjid di Kota Jenin, Tepi Barat.

Militer Israel (IDF) mengatakan intelijen mereka "mengungkap bahwa masjid itu digunakan sebagai pusat komando untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris terhadap warga sipil".

Seorang petugas medis setempat mengatakan bahwa dua orang tewas dalam insiden tersebut, menurut kantor berita Reuters. BBC belum memverifikasi informasi ini.

Militer Israel, melalui akun X berbahasa Inggris, membenarkan bahwa serangan di Jenin menargetkan sebuah masjid.

"Intelijen IDF baru-baru ini mengungkapkan bahwa masjid tersebut digunakan sebagai pusat komando untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris terhadap warga sipil," tulis unggahan tersebut.

Selain menyerang masjid, militer Israel juga menyerang kamp pengungsi Nur Shams, menurut lembaga bantuan PBB yang berfokus pada pengungsi Palestina (UNRWA). Sebanyak 13 orang, termasuk lima anak, tewas dalam serangan itu.

UNRWA menyebut seorang serdadu Israel juga tewas dan "sejumlah lainnya luka-luka".

Lembaga PBB tersebut mengaku terpaksa menangguhkan berbagai pelayanan, termasuk sekolah, fasilitas kesehatan, dan pengumpulan sampah.

Tepi Barat yang diduduki Israel adalah wilayah terpisah dari Jalur Gaza.

Sebelumnya, militer Israel memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk pindah ke selatan demi keselamatan mereka sendiri.

Juru bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan dalam konferensi pers bahwa militer Israel akan "memperdalam" dan "meningkatkan" serangan ke Gaza.

Krisis kemanusiaan terus terjadi di Palestina.

Ratusan orang dilaporkan tewas setelah ledakan besar di sebuah rumah sakit di Kota Gaza, pada Selasa (17/10). Situasi di rumah sakit tersebut digambarkan sebagai "tak tertandingi dan tak terlukiskan", oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Kelompok Hamas - pihak berwenang di Gaza - mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli. Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.

BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.

Kementerian Kesehatan Palestina menggambarkan situasi di rumah sakit Al Ahli sebagai "tak tertandingi dan tak terlukiskan".

"Dokter melakukan operasi di lapangan dan di koridor, dan beberapa di antaranya tanpa anestesi," kata juru bicara kementerian Dr Ashraf Al-Qudra, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook pada Rabu (18/10) pagi.

"Banyak orang masih menunggu untuk dioperasi, dan tim medis berusaha menyelamatkan nyawa mereka dalam perawatan intensif."

Dia menambahkan bahwa banyak dari korban adalah anak-anak dan perempuan, serta menambahkan bahwa banyak dari cedera yang diderita para korban "di luar kemampuan tim medis kami".

Indonesia mengutuk keras serangan yang disebut melanggar hukum humaniter internasional tersebut. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mendesak dibukanya akses kemanusiaan bagi warga Palestina.

"Indonesia juga mendesak komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, untuk segera mengambil langkah nyata menghentikan serangan dan tindakan kekerasan di Gaza, yang telah memakan korban sipil sangat banyak," tulis Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan tertulis.

Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai "kejahatan perang", sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.

Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab.

Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.

Ada juga protes di kota Ramallah, Tepi Barat pada Selasa (17/10) malam. Para demonstran yang menentang Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bentrok dengan pasukan keamanan yang merespons dengan menembakkan gas air mata.

Perkembangan dramatis ini terjadi menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Timur Tengah pada hari Rabu (18/10), yang akan mencakup kunjungan ke Israel.(detik.com)

 

#Internasional

Index

Berita Lainnya

Index