Tentang Ramainya Pendakian Saat Gunung Marapi Berstatus Waspada

Tentang Ramainya Pendakian Saat Gunung Marapi Berstatus Waspada
Evakuasi Jenazah Pendaki di Gunung Marapi. (Foto: AP/BASARNAS)

GLOBALKEPRI.COM.JAKARTA - Sebanyak 23 pendaki meninggal dunia setelah terjebak erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar). Terungkap fakta status waspada Gunung Marapi sudah dikeluarkan sejak 2011.

Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik menyampaikan saat erupsi Gunung Marapi, situasi jalur pendakian sedang ramai. Setidaknya tercatat ada 75 pendaki di Gunung Marapi.

52 orang di antaranya sudah berhasil diselamatkan, walaupun ada yang luka ringan dan luka berat. Dan, 23 orang dinyatakan meninggal dunia.

23 korban meninggal itu merupakan orang-orang yang telah diketahui keberadaannya. Saat ini tim gabungan masih mencari sejumlah orang yang masih terjebak di Gunung Marapi.

"Ada 32 tim yang bekerjasama, bahu membahu membantu proses evakuasi. Jumlahnya mencapai 300 orang," kata Kapolda Sumbar Irjen Suharyono, dikutip detikSumut, Selasa (5/12/2023)

Status Waspada Gunung Marapi Waspada Sejak 2011

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian ESDM, mengungkap status Gunung Marapi sudah level II atau Waspada sejak 2011. Status waspada artinya masyarakat masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari, tetapi perlu meningkatkan kewaspadaan dengan jarak aman 3 km.

"PVMBG setiap bulan mengirimkan surat rekomendasi untuk status dan jarak aman sejak beberapa tahun lalu. Bukan hanya sejak November, tapi sudah bertahun-tahun ada di Level II, dan sebulan dua kali info ini kita kirimkan. Sejak Agustus 2011," kata Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, Senin (4/12/2023).

Hendra menyampaikan pada 18 Oktober 2023 dan 1 Desember 2023 disampaikan jarak aman Gunung Marapi adalah 3 kilometer dari puncak. Menurut dia, PVMBG hanya menjalankan pengamatan dan mengeluarkan rekomendasi. Untuk eksekusi mencegah pendakian ada di tangan pemerintah daerah.

"Pos Pengamatan Gunungapi merupakan kepanjangan PVMBG, dan tugasnya hanya memonitor aktivitas gunung. Kalau masalah manusia atau pendaki adalah tugas daerah," katanya.

10 Jenazah Pendaki Teridentifikasi

Sebanyak 10 jenazah korban berhasil teridentifikasi oleh tim Disater Victim Identifiication (DVI) Polda Sumbar. Petugas menyelesaikan identifikasi 11 jenazah, dan masih ada 5 jenazah lagi yang akan diproses.

"Yang sudah teridentifikasi 16, termasuk lima yang kemarin. Hari ini ada 11, kemarin ada lima," kata Kabid Dokkes Polda Sumbar. Kombes Lisda Cancer kepada wartawan di posko DVI RSAM Ahmad Mukhtar.

Di a mengatakan, identifikasi melibatkan pihak Rumah Sakit Ahmad Mukhtar sendiri dan dukungan dari timmDVI Mabes Polri.

"Kita dibantu Mabes Polri juga, selain tentunya dari (RS) Ahmad Mukhtar," lanjutnya.

BKSDA Sumbar Buka Suara soal Ada Pendakian saat Gunung Marapi Waspada

Plh Kepala Balai BKSDA Sumbar Dian Indriati mengungkapkan alasan pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Marapi. Salah satunya karena mendapat dukungan dari sejumlah stakeholder.

Stakeholder itu, menurutnya, terdiri atas Pemda Agam, Pemda Tanah Datar, Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar, BPBD Tanah Datar, Basarnas, wali nagari Batu Palano, Aia Angek, dan Koto Baru. Selain mendapatkan dukungan, Dian menilai BKSDA Sumbar juga memiliki SOP tentang pendakian. SOP itu menurutnya seperti jumlah pendaki gunung yang dibatasi.

"Kami memiliki SOP dalam pendakian. Misal dalam mendaki, minimal jumlah pendaki tiga orang. Selain itu, dalam SOP itu menjelaskan pada siang hari semua pendaki tidak boleh mendekati kawah Gunung Marapi," kata Dian.

Selain itu, menurut Dian, bukan hanya Gunung Marapi yang berstatus level II (waspada), melainkan seluruh gunung berapi yang ada di Indonesia. Dian mencontohkan Gunung Bromo, Kerinci, dan Rinjani. Oleh karena itu, pendakian dibolehkan asal ada mitigasi bencana.

"Pendakian dibolehkan, asal sepanjang pendakian memiliki mitigasi dan adaptasi bencana," jelasnya.(detik.com)

 

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index